ITB Syndrome

ITB Syndrome: Cedera Umum Para Pelari

Apa itu ITB Syndrome

Iliotibial Band Syndrome atau biasa disebut ITB Syndrome adalah salah satu penyebab nyeri lutut paling umum khususnya nyeri lutut lateral (bagian luar lutut) pada pelari, terutama pelari jarak jauh. Hal ini dapat terjadi akibat iritasi atau gesekan berulang dari Iliotibial Band dengan kondilus lateral femur (bagian luar tulang paha) saat aktivitas berulang seperti berlari. (1)Menurut Lavine (2010), ITB Syndrome merupakan penyebab utama nyeri lateral lutut pada pelari, menyumbang sekitar 22% dari semua cedera lutut terkait lari.

Pelari yang mengalami ITB Syndrome sering mengeluhkan nyeri tajam atau terbakar di area luar lutut. Biasanya muncul saat berlari dan memburuk seiring jarak/tempuh meningkat. Nyeri ini dapat berlanjut bahkan saat berjalan, naik turun tangga atau setelah aktifitas.

Faktor Penyebab ITB Syndrome

  1. Kelemahan Otot Gluteus Medius
    (2)Otot gluteus medius yang lemah dapat menyebabkan peningkatan adduksi dan rotasi internal pinggul saat lari. Sehingga dapat menyebabkan instabilitas panggul saat lari yang dapat membuat overuse di area Iliotibial Band.
  2. Overuse & Volume Latihan
    Peningkatan volume lari yang terlalu cepat tanpa adaptasi tubuh yang cukup atau berlari di permukaan miring secara terus-menerus dapat meningkatkan stres pada Iliotibial Band.
  3. Sport equipment & Teknik Lari Tidak Ideal
    Sepatu dengan penyangga yang buruk dapat memperburuk biomekanika kaki. Selain itu, teknik lari dengan langkah silang atau overstriding dapat meningkatkan stres pada Iliotibial Band.
  4. Kurangnya Pemanasan & Pendinginan
    Tidak melakukan pemanasan sebelum latihan dan pendinginan setelahnya dapat meningkatkan risiko terkena cedera.

Cara Mencegah ITB Syndrome

  1. Lakukan Latihan Penguatan Otot
    Fokus pada penguatan gluteus medius, gluteus maximus dan otot core untuk menjaga kestabilan panggul saat lari.
  2. Manajemen Beban Latihan
    Hindari peningkatan volume lebih dari 10% per minggu. Sertakan hari istirahat dan cross-training untuk mengurangi beban berulang pada lutut lateral.
  3. Penggunaan Sport Equipment & Teknik Lari yang Sesuai
    Pilih sepatu yang dirancang khusus untuk jenis olahraga yang ditekuni. Selain itu, hindari overstriding dan perbaiki posisi lutut agar tidak terlalu masuk ke dalam (valgus) saat berlari.
  4. Pemanasan dan Pendinginan yang Benar
    Lakukan pemanasan sebelum latihan dan pendinginan setelahnya untuk mempersiapkan otot dan tendon mempercepat pemulihan. Selain itu, penggunaan foam roller dapat membantu mengurangi ketegangan jaringan lunak di sepanjang Iliotibial Band.

Cara Menangani ITB Syndrome

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi cedera serta proses penguatan kembali yang biasa dilakukan secara komprehensif di Indonesia Sports Medicine Centre:

  1. Thermotherapy
    Alat terapi yang dapat digunakan dalam dua mode, yaitu terapi panas (hot) dan terapi dingin (cold). Membantu mengurangi peradangan, pembengkakan dan nyeri pasca cedera.
  2. Ultrasound Therapy (US)
    Membantu mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan tendon atau otot.
  3. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
    Meredakan nyeri dengan stimulasi listrik ringan pada saraf baik untuk nyeri akut maupun kronis.
  4. Dry Needling
    Bertujuan untuk melepaskan trigger point tegang untuk mengurangi spasme otot dan meningkatkan aliran darah.
  5. Kinesio Taping
    Membantu menstabilkan sendi dan otot serta mengurangi nyeri dan meningkatkan propriosepsi.
  6. Latihan Pemulihan Cedera & Pengembalian Performa
    Latihan pemulihan yang terstruktur dan progresif meliputi latihan mobilitas, fleksibilitas, penguatan dan keseimbangan berguna untuk mencegah cedera ulang. Selain itu, Indonesia Sports Medicine Centre dapat memberikan functional movement training dan sports-specific program yang berguna untuk mengembalikan performa secara bertahap.
  7. Sport Massage
    Sport Massage ini bertujuan untuk mencegah terjadinya cedera dan mempercepat pemulihan pasca berolahraga yang biasa disebabkan oleh kelelahan otot dan ketegangan otot.

Sumber Referensi

(1)Lavine, R. (2010). Iliotibial band friction syndrome. Current Reviews in Musculoskeletal Medicine, 3(1–4), 18–22. https://doi.org/10.1007/s12178-010-9061-8
(2)Fredericson, M., Cookingham, C. L., Chaudhari, A. M., Dowdell, B. C., Oestreicher, N., & Sahrmann, S. A. (2000). Hip Abductor Weakness in Distance Runners with Iliotibial Band Syndrome. Clinical Journal of Sport Medicine, 10(3), 169–175. https://doi.org/10.1097/00042752-200007000-00004

 

Penulis: Eka Afriyaningsih, S.Tr. Kes

 

Disclaimer:
Artikel ini hanya bertujuan untuk memberikan informasi umum dan tidak menggantikan saran medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan yang berkualifikasi untuk informasi dan panduan yang spesifik sesuai dengan situasi dan kebutuhan kesehatan Anda. Jika Anda menghadapi kondisi gawat darurat medis, segera hubungi layanan kesehatan terdekat atau rumah sakit. Anda harus mengkonsultasiken kondisi kesehatan Anda sebelum memulai program kesehatan, olahraga, nutrisi, pengobatan apa pun.

ISMC
the authorISMC

Leave a Reply